Friday, November 27, 2015

The Song

Lagu ini bungcud sekali hahaha merangkum satu cerita dengan simpel aja sih, tapi ngena, at least di saya. Sampe bela-belain ngetik di komputer kantor karena hengpon canggih aku sudah tak punya huwo huwooh...
Ini lagu mangtaps nya di dengerin sambil liat MV nya sih, ekspresi penyanyi itu mewakili sekali.



"It was only a smile but my heart it went wild
And I wasn't expecting that
Just a delicate kiss, anyone could've missed
I wasn't expecting that
Did I misread the sign? Your hand slipped into mine
I wasn't expecting that
You spent the night in my bed, you woke up and you said
"Well, I wasn't expecting that"

I thought love wasn't meant to last,
I thought you were just passing through
If I ever get the nerve to ask
What did I get right to deserve somebody like you?

I wasn't expecting that
It was only a word, it was almost mis-heard
'Cause I wasn't expecting that
But it came without fear, a month turned into a year
And I wasn't expecting that

I thought love wasn't meant to last,
I thought you were just passing through
If I ever get the nerve to ask
What did I get right to deserve somebody like you?
I wasn't expecting that

Isn't it strange how a life can be changed
In the flicker of the sweetest smile
We were married in spring
You know I wouldn't change a thing
Without an innocent kiss, what a life I'd have missed,

If you'd not took a chance on a little romance
When I wasn't expecting that
Time doesn't take long, three kids up and gone
And I wasn't expecting that
And when the nurses they came, said its come back again
I wasn't expecting that
Then you closed your eyes, took my heart by surprise
And I wasn't expecting that!"
-Jamie Lawson- Wasn't expecting that-


Tuesday, October 20, 2015

Life Crisis

Sebenarnya udah lama ngeh kalo sedang ngalamin krisis. I have issues. Insecurity, some low self esteem and soon. Datengnya pasang surut, nyama-nyamain pasang surut emosi. Sampe lelah, tapi ga kurus. Padahal kalo lelah, maunya bisa kurusan sekilo dua kilo yes. Tapi tolong kurusan di bagian kaki dulu *rikues

Quarter life crisis adalah hantu kampret yang susah banget dihalau, bikin galau berlebihan. Insekyur berlebihan. Airmata sama ingus bercecer kalo lagi badai-badainya. Sigh.
Berkali-kali bilang enough, tapi dia balik lagi. Mesti bilang e-fucking-nough dulu ape?

I am 25 yo and have nothing to show it off adalah perasaan kampret sedunia yang aku alamin sebenernya dari taun lalu. That masa nganggur kills all my confidence. Sampe tinggal kaleng-kalengan.
My boyfriend really sick about this topic. Udah capek dia kayanya, punya cewek yang ditangisin itu- itu mulu.

Kalo kata wiki yes, quarter life crisis itu young, insecure and depressed *tears

Terus sempat nemu dan baca artikel dari Buzzfeed soal 25 signs youre having a quarter life crisis. No satunya aja langsung bikin antuk jidat sampe ga jenong lagi.

"Youre turning 25 this year"
- that's me! Eek kuda sekali

We will skip no 2 sampe 5 sebab ga ngerasa gitu-gitu amat. Aku ga bingung soal the concept of being twentysomething vs adult. Juga ga denial soal umur. Umur 25 ngaku-ngaku 18. Ga kok. Walau kenyataan muka sama badan masih kek anak sekolahan muahahaha. Terus ga ada masalah sama drinking habit dan hangover. Paling pernah hangover kalo abis nonton pelem, hangover laki ganteng *Mike...mike...

"You start to really care about things you never thought before"
-ok..ok..i am.

No 7 dan 8 soal relationship. Everything is fine. Kecuali buat beberapa orang rese yang sampe kemarin masih suka nanya "kapan kawin". Sekarang sih udah ga merasa terganggu lagi dengan pertanyaan itu. Kalo ga kan pasti uda dengan sadis jawabnya "nanya mulu, emang mau bayarin biayanya?". Tapi katanya kita ga boleh sadis gitu ya sama orang, walaupun yang nanya itu juga sadis sih. Tapi mereka sadisnya entah kenapa dibenarkan masyarakat.

"Constantly go back and forth between going overseas to explore vs building career"
- *sobs...what career? I barely have one hiks

"Cause going overseas= experience a whole new world, building career= climb that corporate ladder"
-but, travelling= need money, Bro!

Lets skip number 12 till 14...

"And as much as you try to stick to a budget,sometimes managing your own money just sucks"
- SUCKS! Kebangkrutan seminggu setelah gajian.

"Losing touch with some friends is just an inevitable thing that will happen and you’re still learning to deal with that."
- It was. Now, nah nah... *kibas rambut

"As well as dealing with the second-hand jealously of the friends who can afford to travel regularly."
- YES! ME WANT IT! AARGHHH

i jump to number 23 and 24 which are...
" So you go on huge “seize the moment!” rampages...Which promptly ends a week later."
-Totally utterly rite



"And you start saying phrases like “remember five years ago, when we were in college…” and that will always trip you out."
-oh maaan

Sedang berusaha keras keluar dari isu ini. Doakan aku yes!
*penutup yang apa banget sekali

Saturday, September 12, 2015

Tidur

Tidur itu obat penenang.
Tempat marah diredam, jadi akhir dari sedih tak berujung.
Tempat kecewa karena harapan-harapan yang ketinggian dilupakan.
Tempat sesal dipinggirkan.
Tidur mendamaikan berisiknya pikiran, sesaknya perasaan.
Aku coba tidur.

Sunday, September 6, 2015

Short Letter

Dear cita- cita yang kutunda,

Tolong sampaikan pada penyesalan agar jangan titip salam dulu, aku belum siap.

Tertanda,
Dari aku yang terus berdoa, agar rasa yakin tetap ada.

Friday, August 21, 2015

Hangover

I have suffered from a book hangover, a lot. But those books, they made the worst one.

Book hangover:  inability to move on from a book cos you're so into the character or story.



In this case, i am soooo into the character. The psycho-mad- fucked up- possesive but ,i dont know maybe i am insane, oh so lovely.

Sue me!

Almost a year and still cant move on *sigh sigh

This trilogy will always be my guilty pleasure *LOL

I want to buy the physical book, since i read the ebook version. But my to-buy-list is endless now...

Well, actually im so dead bored in my office thats why i post this, with limited english of moi.

Can someone save me? Do you have something interesting? Pleaseeee...

Tuesday, August 18, 2015

Morning Routine

My morning routine for almost 3 years:
Nelponin a man, so called adult, who always turns into a big baby boy everytime i wake him up :))





Maybe i should use a whip so he will wake up immediately *smirk


Tuesday, July 21, 2015

When "kapan kawin" Question Reached A Whole New Level

So, di lebaran ini, sudah berapa orang yang nanyain "kapan kawin?" ke kamu?

Aku ga ada (lagi) dong *sombong*
LOL orang-orang uda capek kali ya nanyain itu mulu trus cuma dapet jawaban mesem-mesem doang.

Tapi tapi,the sodara-sodara itu malah bikin inovasi baru, daripada sekedar nanya kapan kawin question.

"*salam*
Ini yang abis lebaran mau itu ya?
*bengong*
Iya,mau itu..nikah...
*melongo*"

Bahkan ada yang langsung nodong klarifikasi karena denger kabar yang dibawa burung kalo diriku ini sedang nyari gedung buat resepsi... Fabulus sekali.

Anak tetangga depan lahiran H+1 lebaran, harusnya tekanan itu nambah ya? Tapi saya nya malah berasa lebih santai dari pada sebelum-sebelumnya.
Santai, soalnya masih banyak yang mau dilihat, masih banyak yang dipengenin...
Dan masih ga terima kalo besok itu Rabu, liburnya berakhir dong.
Kembalikan liburanku!

Tuesday, July 14, 2015

Time

"Yo, lama nggak liat kamu. Kamu kayanya jadi jarang ikutan kalau diajak jalan deh sekarang."

Aku mengatur napasku pelan, tetap dengan senyum bersahabat. Aku mencoba mengontrol diriku, agar protesku tak kentara kedengaran dan rindu itu tak melesak kepermukaan.

Rio bergerak sedikit di kursinya, matanya terus menatap ke arah dalam cafe. Aku tau dengan pasti apa yang diawasi mata itu. Dan aku tak suka. Ada sakit yang tiba- tiba berdenyut lagi.

"Maklumlah, aku masih pegawai baru. Mesti rajin- rajin ada di kantor," jelas Rio. Kini matanya menatapku. Masih mata yang sama, hanya kini berada dibalik frame kacamata berwarna hitam. Mata yang sama, sayu, dengan lingkar hitam yang sekarang lebih samar- samar terlihatnya.

Dia mengurusmu dengan baik. Kenyataan yang sangat aku benci untuk aku akui.

Tidak! Tidak! Aku tak akan mengakuinya. Kau mengurus dirimu dengan lebih baik, Rio. Bukan karena dia.

"Yakin?," tanyaku tajam.

"Maksudnya?"

Sekilas, tak terlihat jelas memang karena segera menghilang, tapi aku melihatnya, rasa tak senang di wajah Rio karena ucapanku. Aku tau, aku sudah menantang emosinya. Dan hal terakhir yang aku inginkan adalah membuat marah laki- laki ini, yang aku rindu setengah mati.

Rio masih diam. Matanya melirik lagi ke dalam cafe.

Mesti ya kamu sebegitunya menunggu dia? Dia cuma ke musala doang, Yo!

Kusambar gelas minumanku.

"Kita kan rindu sama kamu, Yo. Kamu nggak pernah nongol kalau diajak ngumpul. Padahal kamu dulu teman yang asik, seru. Diajak ngumpul kamu pasti datang," protesku.

Aku tak akan menahan diri lagi. Biar Rio tau, biar dia lihat. Aku rindu padanya, kehadirannya. Aku ada di sini, dari dulu sampai sekarang. Belum pergi ke mana- mana. Aku masih menunggu. Dia tau kan, ada sesuatu diantara kami berdua?

Setidaknya dulu.

Aku memainkan sedotan di gelasku. Mengaduk- aduk jus di dalamnya sampai berputar tak karuan seperti isi kepalaku, juga perasaanku.

Rio melirik lagi ke arah dalam cafe. Ia menghela napas pelan. Ku rasa dia sedang mengatur emosinya. Jelas terlihat kata- kataku tadi mengusiknya. Aku menunggu. Toh, selama ini aku juga menunggu, dan aku sanggup. Jadi, menunggu penjelasannya saat ini tak akan terasa terlalu lama. Aku orang yang sabar.

Tapi Rio diam saja di tempat duduknya. Ia bahkan kini tak melihatku.

"Yo...," panggilku.

Ia menoleh, tapi matanya kini menatapku dengan masam. Ia marah!

"Dulu, ya?" Rio bersuara dengan senyum dipaksakan.

"Iya, dulu. Sebelum kamu sama pacarmu yang sekarang!"

There. Sudah kukatakan.

Entah kenapa, tapi aku tiba- tiba jadi gugup luar biasa. 

Rio menegakkan duduknya. Ia tak lagi menyimpan rasa marahnya. Matanya menatapku tajam. Kurasa menyebut- nyebut sesuatu soal pacarnya cukup bisa memicu emosi Rio. Aku cukup tegar untuk mendengar apapun yang akan dikatakannya. Apapun dari bibir itu. Aku siap terluka. Aku memang sudah patah hati, apalagi yang tersisa?

Benarkah? Bukankah aku masih berharap?

Rio membuka mulutnya. "Oya? Well, aku bahagia dengan dia. Sangat bahagia. Sayang sekali kamu nggak lihat itu, Ra. Aku ngga masalah ngga dianggap seru atau asik lagi. Dia pilihan terbaik yang pernah aku buat. Lagipula, manusia meluangkan waktunya untuk orang- orang yang mereka cintai kan?."

Mata Rio menangkap sesuatu di kejauhan dan kemarahannya padam jadi asap.

Rasanya sesuatu menohok tenggorokanku. Bersusah payah aku menelannya.

"Jadi, aku tak berhak kebagian sedikit dari waktu kamu?"

Rio bangkit dari kursinya. Ia tersenyum ke arah matanya memandang. Mata yang tadi terbakar emosi, kini menatap penuh sayang. Ia berpaling ke arahku. Senyum masih menghias bibirnya.

"Ra, kamu berhak meminta waktuku. Tapi aku juga berhak memutuskan, akan memberikannya pada siapa."

Aku merasa ia berbicara bukan hanya tentang waktu. Tapi tentang semuanya. Tentang hatinya yang juga aku pinta. Aku bisa mencintainya, tapi dia yang memutuskan akan memberi cintanya pada siapa.Itu jawabannya untukku.

Kulihat Rio mengulurkan tangannya. Lalu menggenggam erat tangan yang menyambutnya. Mereka akan berlalu.

"Duluan ya," pamitnya. Perempuan digenggamannya melambaikan tangan. Teman- teman riuh menggoda mereka.

Aku menunduk di atas gelasku. Ternyata hatiku masih tersisa kepingannya, dan kini patah lagi. Sebulir air mata menetes ke dalam gelas. Ku rasa jus melonku akan sedikit keasinan.



Tuesday, July 7, 2015

Men and Their...

Peka!
Sering banget denger omongan yang bilang cowok itu ngga peka. Well, sampe jadi bahan segala jenis anekdot,standup komedi and soon lah.
Ternyata bener loh ahahaha...
Even buat cowok yang self proclaimed dirinya peka,tetep aja level pekanya beda sama standard ingin-dimengerti-nya cewek.
Mungkin sebenernya cowok peka sih, tapi kalah sama standard ceweknya.
Peka menurut cewek ada di level 10, si cowok yang ngaku peka ada di level 6. Cewek-cewek,turunin standar dikit, mari!

Tapi, beneran deh, men take our words literaly.
Kalo kita bilang engga, dia anggap memang "engga".
Walaupun kita bilang engga di bibir,dalem hati padahal mah iya..sambil ngarep ujung-ujung cowoknya ngeh kalo maksudnya iya walaupun bilangnya engga. Pening?

Jadi,yang pening itu cewek apa cowok sebenernya?

👩: Ih,bagus ya...
👦: kamu mau? Aku beliin.
👩: eh, engga, ga pa-pa. (Dalem hati "mauuu..beliin")
👦: oh. Oke.
👩: ...
👦:???
👩:kamu ga peka!
👦:eh?
👩:kamu ga ngertiin aku
👦:😩😲😭😫 *berbusa

Saturday, May 2, 2015

Mantra

Bergayalah sesuai isi kantong.
I keep repeat it. Like a mantra.
I woke up at 2 am last night. Dan terpikir macam-macam hal.

Lucky them to have that job.

Then the other side talked.
Rejeki Tuhan sudah atur, porsi masing-masing ngga akan tertukar.
So, faith and patience. Can you live with it?

Pursue,dont chase. Gapai, bukan dikejar.
One by one, step by step. Semua sekaligus juga ngga akan tergenggam dengan baik.
Urusan akademik dibereskan dulu, jadi bisa ngasih tanda centang satu lagi.
Dan mba-nya, yang satu lagi sooner or later harus dimulai. Kumpulin mood dan kemauannya, cos hard work beats talent. Waktu ngga bisa diajak balikan, ngga kaya mantan. Hehehe.

Wednesday, April 22, 2015

Donita dan lamaran

"Don!"
"Yes?"
"Tadi ada yang nanyain kamu udah ada yang punya belum."
"Terus?"
"Aku bilang aja, kalau serius, langsung datang kerumah kamu, ngelamar." Dina lalu ketawa cekikikan.
Aku cuma kasih satu cengiran aja sebagai tanggapan.
"Emang kamu belum pengen nikah, Don?"
"Ah, nanti ajalah. Mau jalan- jalan dulu."


"Don. Tadi temen mama dateng loh."
"Yang mana?" Tak terlalu fokus karena menanti lampu lalu lintas berubah jadi hijau. Angka pada papan LED nya terus berkurang.
 15
 14

"Yang dari ruangan sebelah. Katanya, kamu sudah ada yang lamar belum."

11
10

"Mama bilang aja, kalau serius, lamar langsung kerumah."

Here we go again.
Topik paling malesin sejak ulang tahunku berlalu.

Aku nyengir aja. Jurus andalan saat malas menanggapi sesuatu.

2
1

Coba datang padaku dengan cerita soal ingin melamar 5 tahun yang lalu. Waktu hidupku sedang datar sedatar jalanan aspal di siang bolong, nyaris ada fatamorgana. Aku pasti akan nyambut dengan riang gembira.
Sekarang? Aku sedang ingin yang datar aja. Drama rasanya sudah kelewat banyak sampai bisa jadi  naskah sinetron Indonesia 7 season.

***
 "Gas, kalau belum siap, kamu bilang. Ngomong. Jadi aku ga berharap terus."
Bagas diam. Lalu dia tersenyum enteng.

Ah, percakapan soal lamar melamar bikin muak juga lama-lama.

"Ini terakhir aku ngomong gini ya, Gas."
"Iya, aku tau maunya kamu."

Aku menghela napas. Rasanya ada yang bolong di dalam sini.
Fine. Kampret.

"Tau kok, kalau aku terus- terusan nanyain, kamu nya bakal muak. Mungkin juga sekarang udah muak."

Bagas cuma senyum.

"Nanti kamu capek," katanya.
"Memang. Udahlah, ga bahas lagi." Aku mengaduk minuman ku terlalu kencang.

Sial, jangan nangis, bodoh.
Aku bukan orang menyedihkan yang buru-buru nikah karena merasa usia sudah ngejar-ngejar. Tapi karena i've met someone i want to spend the rest of my life with.

Mungkin harusnya aku nggak punya perasaan kaya gini.


Thursday, April 16, 2015

Tick Tock

Tick tock tick tock...
Bunyinya ga berhenti buat beberapa lama. Tapi, akhirnya, entah lega entah harus sedih, meledak juga. Bom waktu yang ditahan- tahan selama ini.
Destruktif? Jelas.
Merusak suasana, merusak hubungan baik, merusak hati, merusak mood.
Nyimpan bom waktu dalam brankar juga susah sebenarnya. Gimana baiknya pun dijaga, datang juga masanya untuk meledak.

Efek kali ini, entah sampai berapa lama. Mau apa lagi?
Pilihannya dua, meledak di luar atau di dalam.

Yang kena serpihan, baik- baik jaga diri. Maaf, tak bisa melindungi.
Hati sendiri saja, belum becus aku jaga.

Lucunya,
capek ngasi lampu ijo, ternyata yang dikasi lampu suka nerobos lampu lalu lintas.


Note to Ireane:
When you're sober, please read this post. Ga relevan sama sekali awal dan akhir post nya.

Monday, March 30, 2015

Fall

Kepada Tuan,

Tuan, kubagikan cerita musim padamu
Ketika itu, aku putuskan berpaling dari musim panas,
yang dari dulu tak begitu kusenangi, tapi setia sekali menemani.
Aku pergi, menjemput musim gugur.
Pilihan sudah kubuat.
Saat itu, aku ditinggalkan dan meninggalkan.
Lalu Tuan, aku si manusia, ketiga musim bersekongkol memusuhiku.
Ketika musim dingin datang, ia menggigit sampai tulang. Musim semi yang biasanya indah, tak lagi ramah.
Aku tak goyah, aku melangkah lagi lebih jauh.
Namun Tuan, musim gugur ternyata tak suka langkahku.
Padahal aku, si manusia, mencintai daun- daun kekuningannya. Padahal aku, si manusia, sudah meninggalkan dan ditinggalkan.
Tapi ia tetap tak suka langkahku.
Taukah Tuan? Aku tetap mencintai musim gugur dengan daun-daun kuningnya. 
Aku hanya sakit hati sedikit.

Tuesday, March 17, 2015

Rise and Fall

Alhamdulillah...
Alhamdulillah sekarang kalo jatuh, bangunnya udah ga lama- lama banget lagi. Engga kaya dulu, kalo jatuh, betah banget lama- lama di bawah. Terpuruk, dipuas- puasin ngerasain luka- lukanya. Dihayati banget berdarah- darahnya. Belum lagi air matanya, seminggu juga belum kering. Nyetok air mata banyak amat ya, Mba.

Alhamdulillah, sekarang rada ada kemajuan. Ya kalo jatuh, nangis-luka-bergoresnya ga dihayati dalem- dalem lagi.
Mungkin dia lelah, ya.

Belajar, proses. Belajar dan berproses gimana caranya bangun kalo abis jatuh. Buat ukuran orang yang sulit paham soal hubungan komunikasi antar manusia, yang selalu lamban buat paham perasaan orang lain, yang udah terbiasa dengan pikiran sendiri, sampai nyaris jadi sosiopat, ini perkembangan yang bisa dengan bangga nyebutnya lumayan.

Lebih baik terlambat, daripada engga sama sekali, ya kan?

Friday, March 6, 2015

Katniss Everdeen

Apa rasanya jadi Katniss Everdeen?
Bukam, bukan bagian berburu, survive, dan jadi bagian kegiatan heroik sejenisnya. Tapi, kisah cintanya. Soal hatinya.
Saat dia punya Peeta yang besar cintanya melingkupi rela jiwa raga nyawa, Katniss masih menggantung asa pada teman- yang jujur namanya aku lupa- *self slap
Pertemanan bisa segitu membingungkannya kah?
Pada realitanya, ya. Ada beberapa.
Gemas dan ingin noyor Katniss kalau bisa, rasanya. Biar dia buka mata. Yang syukurnya cerita itu akhirnya bahagia, dengan pilihan tepat. Buat aku, sih.

Tapi, apa rasany jadi Katniss? Ada di posisi dia, posisi hatinya?
Punya seseorang yg seperti Peeta, tapi hatinya masih menatap sisi lain. Pasti engga enak ya. Mungkin, dia pusing juga. Ada saat dimana dia benci diri sendiri karena engga niat mau nyakitin hati siapa- siapa, gara-gara punya perasaan yang terbagi tak sengaja.
Asbak sih, asal nebak. Tapi itu, jelas engga enak.
Peeta-Katniss fanart

Pic source: fanpop.com

Wednesday, February 25, 2015

:(

I dont sit around and envying other people world, i just keep questioning myself these days.

Tuesday, February 24, 2015

The End

Berawal dari mangkir sehari dua hari, berujung mandek sama sekali. Akhirnya, jadi mikir- mikir menelaah, menimbang dan mengingat -ala pak beye-, hingga memutuskan untuk mundur dan udahan aja dari 30 hari menulis itu tu.

Sekian dan terima kasih.

Btw, so crowded inside here.
머리, 마음, 복잡해. 살려줘.

Sunday, February 22, 2015

day 24: I am fine

Jadi, Tuhan punya cara buat ngasi tau, ini loh solusi pikiran ruwetmu, pertanyaan ga pentingmu.
Beberapa hari belakangan, pegangan agak goyah. Hatinya goyang- goyang, yang berefek isi kepala dan pikiran kocar kacir ga karuan.
Mana bisa mikir jernih kalo udah berenang di tempat butek. Lumpurnya naek semua lantaran goyang. Nyari titik terangnya aja sulit, ketutupan terus. Doh, terus dikasi liat, dengarlah penerangan itu.
Ini dialog dari Castle gatau episode berapa kemaren, katanya
" jangan tukar sesuatu yang nyata, dengan hal yang ga nyata".

It hits me.

Lalu penguatan.
Jangan cuma liat jeleknya mulu, ikhlas aja soal yg kurangnya. Nanti lebihnya bakal banyak keliatan kalo udah ikhlas. Iya.
Beneran iya, bukan iyain aja biar cepet.

Now, im fine :)

Kemarin itu, bisa dibilang efek cerita impian sejuta gadis sama hormon saja.

Im fine.
다행이다

Saturday, February 21, 2015

Day 23: The Point

"You all deserve who isnt embarrassed to love you and tells all their friends about you and saves your selfies, good or bad,to look at when they miss you and to loses sleep to talk to you."


Nanti, kalau kita udah tua, kalau wajah rupawan itu udah ga ada, masih tetapkah sanggup bertahan sama- sama?
Masih ada feromon, endorfin dan serotonin yang bersenyawa jadi cinta?

Nanti, kalau aku tak sekurus ini lagi, keriput dengan usia yang tambah banyak, masih samakah perasaannya?
Kata orang, cinta itu bisa hilang. Memudar, bahkan dalam beberapa tahun aja. Yang bertahan bersama sampai ajal itu lalu apa?
Mereka punya kasih sayang, saling membutuhkan, empati juga komunikasi.
Bisakah kita kaya gitu?


Mungkin, akunya yang ga mahir ngungkapin perasaan dalam rangkaian kata. Karena poinku, seringnya tak sampai.
Jadi, bisakah bersama sampai ajal, saat kembang api cinta usai, karena komunikasi saja aku tak bisa.
Frustasi saat orang lain ga dapat poinnya.

What should i do?
*joget

Thursday, February 19, 2015

Day21 : For My Own Sake

Ha, i skipped like 5 days?
If im not mistaken, hari ini udah hari ke 21 ya untuk even tulis menulis itu.
Jadi, melewatkan beberapa hari karena di kantor ga sempat curi waktu. Jam makan siang, pingin makan siang dengan tenang. Bener- bener istirahat. Sampe rumah sore, capek. Malam, entah kenapa ngantuk ga ketolongan. Well, excuses here and there.
Whatever. Mungkin komitmen hanya tinggal komitmen.
Wont push my self that hard. Mungkin nanti nyesal ga serius. Tapi, i need to stay sane. Mimpi dikejar, kenyataan berkata lain? Gimana?

Yang ada, seadanya aja. Ga ngehe kejar- kejaran lagi deh.
So, myself, i love you, love us. In good or bad mood, in happy lovey dovey or teary sad version of me.
Yeah, kalo ga sayang sama diri sendiri, then nobody will.

Yang ada, nikmati. Yang belum ada, ga usah ambil pusing aja. Yang mau dicapai, kejar, tapi jangan sampai ga menikmati yang ada. Ingat, ya?
So, lets eat, worry, shop, pray, hope, enjoy me- time, watch movie, sleep well, read, travel and stay healthy, Ireane.
Entertain your life.



And, btw, Matt Bomer or Paul Walker are my version of Mr. Grey *grin
But, Jamie Dornan is ok lah.


Tuesday, February 17, 2015

Day 19: Kak Mah

Kak Mah, aku kenal Kak Mah dulunya cuma dari cerita- cerita mama. Kak Mah kerja di kantor mama sebagai cleaning service.
Sekarang, setelah aku kerja di kantor mama, baru aku tau Kak Mah itu yang mana.

Yang aku tau, Kak Mah punya seorang putri, yang taun ini akan masuk SMP. Suami Kak Mah bertahun- tahun yang lalu sakit, sehingga sekarang harus duduk di kursi roda, dan tak bisa bicara. Jadi, Kak Mah lah tulang punggung keluarga.

Tiap hari, saat Kak Mah bekerja, Kak Mah juga bawa suaminya. Selagi Kak Mah kerja, suaminya Kak Mah tempatkan di teras kantor, tepat menghadap televisi pada ruangan di depannya. Kata Kak Mah, supaya suaminya ada hiburan selagi menunggu.

Siangnya, kalau putri Kak Mah sudah pulang sekolah, ia akan datang ke tempat ibunya kerja. Meletakkan tas di ruang penyimpanan, tempat Kak Mah menyimpan sapu, ember dan pel, peralatan kerjanya. Lalu, ia akan duduk di kursi tunggu, di sebelah kursi roda ayahnya.

Siang ini, aku melihat Kak Mah sedang berjalan di koridor yang sepi. Jalannya Kak Mah agak payah. Mungkin kakinya sakit, atau lelah. Kalau aku perhatikan wajahnya yang penuh kesederhanaan, Kak Mah sudah tidak muda. Kaki itu mulai lelah dimakan usia dan perjuangan.

Aku tak bisa bayangkan, bagaimana bila badan Kak Mah sudah kelelahan berjuang? Ada anak dan suami yang akan kehilangan. Kak Mah masih dibutuhkan.
Doaku, semoga Kak Mah sehat selalu.

Saturday, February 14, 2015

14 Februari

Engga, biarpun judulnya 14 Februari, ga bakal cerita valentine disini. Karena bukan jamaah valentine-iyah (maksa). Tiap taun tetep beli kado,makan cake pas tanggal 14 feb, tapi dalam rangka ulang taun papa. Happy birthday Papa. Wuf yu. Wish dan doanya udah langsung disampaikan sama yang bisa ngabulinnya.

Ini ceritanya mau nyeritain soal hari ini aja sih. Tadi malah awal- awalnya mau ngedumel soal isi kepala yang bertanya- tanya. Cuma kepotong solat magrib, kepotong conello red velvet, yang belinya gara- gara ngidam red velvet cake dan ngarep es krimnya berasa serupa cakenya. Jauh dari ekspekstasi rupanya. Eneg. Jadilah feel bertanya- tanyanya jd berkurang.
Kepikiran aja, belakangan ya, kenapa sih banyak banget kata " terserah" itu keluar kalau ditanya mau kemana? Iya sih, ga salah satu pihak aja. Dua- duanya suka jawab gitu. Aku sih coba kurang- kurangin, nyoba kasih alternatif daripada kasih kata "terserah" sekali-kali.
That's okay lah. No big deal.

Tapi, kenapa ya, belakangan sering ga banyak ngomong? Akunya ngomooong terus, dianya diem aja. Apa males ngomong, apa males dengerin aku ngomong? Apa lagi ga mood ngomong? Cuma pengen diem- diem aja liat- liatan? Kalo iya, bilang. Kasih tau. So, i will shut my mouth.
Kadang, kaya lagi sibuk sama pikiran sendiri dianya. Akunya ngoceeh terus. Lagi ada masalah apa ya? Bagi. Ga bisa bagi? Ga apa, but at least tell me. "Hey, aku lagi ada masalah, kepikiran sesuatu, diem dulu ya. Ntar ngomong lagi" gitu.
 Jadi, aku ga ngoceh sendiri.

Ga bikin drama, ga mau juga. Cuma, sayang aja kan. Ketemunya jarang sekarang. Tapi, mungkin cara menikmati pertemuannya yang beda kah? Aku pengennya bagi, dia maunya liat aja, diam tenang?
Kasih tau, jadi aku ga spekulasi sendiri.

Dipikir- pikir. Emang sekarang dia lebih diem daripada dulu, waktu masih jadi pejuang restu. Sekarang udah adem, apa terasa ga menantang lagi?
Auk deh.
Mungkin dianya berubah pasif. Mungkin dia bosen. Mungkin akunya yang kek kek sensitif. Mungkin aku banyak nuntut (?).
Fyuh.

Btw, oot, makin lama rombak kamarnya direalisasikan, makin berubah aja idenya. Dari awalnya wall deco, washi tape, sampe akhirnya sekayak polos aja biar ga rame. Soalnya mau pake light curtain.
Budget oh budget.

Friday, February 13, 2015

Day 15: Masih untuk Mary Jane

Mary Jane,
Menurut ramalan cuaca, hari ini akan hujan. Dan berangin. Kalau kau keluar rumah, pakailah payung. Kemarin, ku lihat kau berjalan tenang pulang ke asrama dalam gerimis.

Aku, dibelakangmu. Berjalan dilindungi payung hitam milikku, yang ingin sekali ku berikan padamu.
Dalam diammu, tiap langkahku, aku ragu, haruskah kau aku panggil? Haruskah kau ku ajak bicara? Bagaimana kalau suara yang ku keluarkan nanti bergetar saat aku bicara padamu?

Jadi, aku yang terlalu takut ini, menelan saja semuanya. Aku jalan menundukkan kepala, dengan payung hitam ku genggam. Aku menunduk, tak ingin melihatmu basah. Sementara aku berpayung. Nyaliku terbang dibawa angin kencang pulau ini.


Hari ini akan hujan lagi.
Ku harap, kau sudah membawa payung hari ini, Mary Jane. Tadinya aku berpikir untuk membeli sebuah payung hitam berbunga biru di minimarket belakang asrama. Lalu payung itu akan ku letakkan di depan pintu kamarmu. Atau dalam kotak surat depan asrama.

Payung hitam bunga biru sudah ku genggam. Aku konyol, senyum puas sendirian. Lalu aku teringat, aku tak bisa masuk ke asrama perempuan. Pintu utamanya saja tak akan mau terbuka. Dan kotak surat? Nomor kamar asramamu saja aku tak tau.
Harusnya tadi aku memanggilmu. Harusnya tadi aku bicara padamu. Jadi aku bisa mengingatkanmu untuk membeli payung. Jadi, besok kau tak akan kehujanan, walau cuma gerimis.
Harusnya, aku lebih bernyali tadi, ah.

Mary Jane, mudah- mudahan gerimis tadi tak membuatmu flu.

Dari,
Lantai 3, B306

Thursday, February 12, 2015

Day 14: Gadis Filipina

MJ!
Benarkah? Benar yang ku dengar itu? Kenapa harus dia? Kenapa harus Jey?

Mary Jane, gadis Filipinaku, kenapa kau harus minum sebanyak itu, lalu mabuk. Lalu menyambar dia, untuk kau peluk, hendak kau cium.

Kurang lebih, begitulah yang kudengar dari teman sekelasku. Mereka berbisik- bisik membicarakanmu. Aku tak suka. Aku tak suka mereka bergosip soal kau, MJ. Aku lebih tak suka lagi, kalau ternyata yang mereka bicarakan itu benar.
Itu tak benar kan? Kau hanya terlalu mabuk, menegak soju terlalu banyak. Hingga kau berlaku di luar kontrolmu, benar kan?
Kau tak benar- benar tertarik pada Jey kan? Aku rasa, kau hanya sedang rindu rumah. Jadi Jey yang kau pilih, di alam bawah sadarmu. Jey, teman joggingku. Jey, karena ia dari Filipina. Tempat yang sama denganmu, yang mengingatkanmu pada rumah. Ya, kan? Benar kan?

Aku tak bisa memejam, Mary Jane. Yang mereka katakan, terbayang di kelopak mataku.

Dari aku yang tak bisa tidur.

Wednesday, February 11, 2015

Day 13: Dari Gedung Asrama Laki- Laki

Dear, Mary Jane

Kau belum tidur? Kau sedang apa tadi di luar sana?
Aku melihatmu secara tak sengaja. Atau alam semesta sengaja membuatku berdiri di depan jendela kamar, sehingga aku melihatmu, dibawah sana.

Kau tau, lampu jalannya tidak terlalu terang, jadi tak jelas kelihatan siapapun yang berjalan 3 lantai di bawah sana itu. Tapi hatiku, atau mataku, atau otakku, entahlah yang mana, semua mendadak sok tau. Sosok mungil berjaket biru dibawah sana itu kau, Mary Jane.

Aku membeku, sampai beberapa detik kemudian otakku baru berpikir benar. Hei, aku 3 lantai jauhnya darimu, kau tak melihatku. Buat apa tegang membeku. Silly me, MJ.

Apa yang kau bawa itu? Plastik putih di tangan. Kulihat kau datang dari arah minimarket 24 jam di belakang asrama. Asumsiku, lagi- lagi sok tau, mungkin kau lapar menjelang tengah malam?

Ah, aku jadi ingat, apa kau sudah beradaptasi dengan makanan di sini? Sudahkah? Belum kah?
Apa kau rindu masakan rumah?

Kalau aku, aku rindu hari Senin, jadi aku bisa melihatmu tiap jam istirahat tiba.

Salam,
Dari gedung asrama laki- laki


Tuesday, February 10, 2015

Day 12: Americano ditanganmu

Dear Mary Jane,

Hari ini kau pakai sweater merah jambu, kau lewat didepanku saat aku sedang menghabiskan waktu istirahat. Tanganmu memegang gelas kertas, dari aromanya kurasa itu kopi. Mungkin, americano?
Aku ingin tau, apa minuman kesukaanmu.

Semoga kopi di gelas kertasmu, bisa menghangatkanmu dari cuaca sisa musim dingin diluar sana. Entah mengapa, tapi aku ingin menjadi americano di tanganmu itu. Membantumu beradaptasi dari cuaca beku, yang mungkin tak pernah kau rasakan di tanah airmu sana.

Mary Jane,
Maafkan aku yang meracau, dengan kata- kata yang tak jelas. Aku hanya harus mengeluarkannya, karena rasanya dadaku akan meledak, tiap saat kau lewat.

Salam,
Dari kelas sebelah

Monday, February 9, 2015

Day 11: Cemas

Perempuan yang sedang cemas,
Bersabarlah..coba kuatlah...ya?

Jangan suka meneteskan air mata, nanti paginya susah,
Mata sembab pergi kerja?
Bukan penampilan yang bagus.

Perempuan yang sedang cemas,
Berdirilah sendiri, jangan bebankan pada orang lain.
Bahkan isi hatimu bisa jadi beban. Tegaklah.

Isi kepalamu kesana kemari,  wajah kuyu,
Kau cemas soal ibu, kau cemas soal dirimu, kau cemas akan banyak hal.
Cemas itu menggerogoti, katanya.

Biarkan saja, cemaslah sampai kau puas, sampai lelah, sampai muak sampai pasrah, kataku.

Sampai pasrah...

Sunday, February 8, 2015

Day 10: Mary Jane, Hari Berhujan

Dear Mary Jane...
atau MJ, seperti yang biasa teman- temanmu panggil.

Kita baru bertemu seminggu yang lalu, di koridor. Aku sedang menghabiskan waktu istirahat yang hanya sebentar itu, meneguk air dari gelas kertas. Pelan- pelan ku biarkan air dingin melewati tenggorokanku. Jendela besar memperlihatkan hujan di luar sana.

Di penghujung musim dingin, di awal musim semi, di hari berhujan. Aku merapatkan sweater ku. Koridor tanpa penghangat.

Mary Jane, kau melewati ku. Hanya menoleh sekilas saja padaku. Akupun begitu. Kurasa, itu kali pertama kita bertemu.
Tinggimu hanya sedadaku, rambut hitam sebahu. Jaket baseball abu- abu, celana kulit hitam.

Kau menghilang masuk ke salah satu pintu di depanku. Aku membuang gelas kertas, mengikuti jejakmu, masuk ke pintu disebelahnya.

Hari berhujan ini, saat aku bertemu Mary Jane, aku tandai dalam memoriku.

Salam dari kelas sebelah

Saturday, February 7, 2015

Day 9: Salam Salut

Kepada para penulis,

Novel komedi sampai misteri,penulis buku best seller ataupun penulis blog. Kalian semua, aku suka. Tulisan rapi, ngena dan mengajak aku jalan- jalan ke tempat berbeda.

Doakan aku yang tulisannya masih seperti remah- remah biskuit di dasar toples, bisa mewujudkan impian.

Kalian semua, aku suka.
Mampu mengalihkan aku, pikiranku, aku sampai tenggelam kalau sedang baca buku. Salah satu liburan favoritku.Day

Salam salut

Friday, February 6, 2015

Day 8: Pemberi

Aku kesulitan, aku minta jalan keluar padaMu. Kau kabulkan, tepat seperti yang ku minta. Aku bilang, rejeki anak soleh.

Duh, aku jadi malu, padahal aku kurang nurut padaMu. Aku benar- benar kurang...

Tiap pikiranku melayang dalam kalut, Kau perlihatkan hal- hal yang menguatkan.

Kadang aku segan, aku minta ini itu selalu. Aku banyak maunya, ya.
Tapi, kataMu, tak ada garampun, mintalah padaMu...
Terima kasih, bukan kata yang cukup mewakili semuanya. Aku tau.

Thursday, February 5, 2015

Day 7: My Nunung

We're watching American Idol, nongol satu peserta cowok.
Adek: Kak, itu cowok geek yang ganteng.
Me: Eh iya, cakep.
Adek: Umurnya 16 tapi....
Me: omaigat! Aku merasa tante- tante 😂😂😂

Itu cuma salah satu, bukan, secuil dari banyaknya percakapan kita tiap hari. Biarpun adek sering ngeselin, tapi adek juga menghibur, sekaligus.
Adek itu kaya Nunung Srimulat, lucu kebangetan. Gaya ngomong yang kaya anak salah makan obat, cadel sok imut ga jelas. Segala jenis impersonasi yang adek mau aja lakuin kalo diminta, benar- benar obat jiwa. Nganeh, tapi lucu.

Adek emang suka nyebelin, ngeselin, ngga bisa dibilangin. Tapi, benar- benar bersyukur, bisa cerita dan akur. Kaya orang- orang yang liat kita sering bilang, "kakak adiknya akur ya, kaya temenan".

Buat orang yang ga suka sama dunia sosial, mood-an soal mingling sama orang, adek itu jadi tempat cerita, sampe kakaknya ini tambah malas nyari teman curhat lain. Kalau ada yang dekat, ngapain capek- capek percaya sama orang lain? Efisien.
Jadi, adek, jatah preman gaji pertama kakak udah adek dapat kan? Walaupun tetap adek neror minta beli lip tint.

Adek yang ceria, kurang- kurangin bandelnya ya

Dari:
 kakakmu satu- satunya




Wednesday, February 4, 2015

Day 6:Momoko Abe

Momoko Abe,
Aku tau kamu ngga bakal ngerti tulisan ini, karena kamu ngga bisa bahasa Indonesia. Ya tapi mau gimana lagi, kalau suratnya pakai bahasa Korea, kasian tukang posku, bingung liat tulisan bulat- bulat kaya donat.

Momoko-ssi*,
2 taun lalu, pertama kita ketemu. Awalnya, aku ngga tau siapa kamu. Aku cuma dengar nama kamu, dari cerita- cerita teman sekamarku. Kelihatannya, kamu favoritnya.
Aku sampai penasaran, memangnya kamu orangnya gimana sih? Teman sekamarku sampai menggebu- gebu gitu.

2 mingguan, aku dipindahkan ke kelasmu. Kita sekelas!
Tinggi kita sama, matamu sipit layaknya orang Jepang kebanyakan. Kamu kalem, tak banyak bicara. Pembawaanmu tenang. Lama- lama, aku juga jadi digolongkan fans nya Momoko oleh teman sekamarku.

Ingat ngga, kita, sekumpulan orang asing di Korea, nekat keliling- keliling padahal kemampuan bahasa setempat minus. Tapi, kita berhasil nyaris keliling pulau Jeju dalam setahun.

Aku juga masih ingat kalau kamu makannya banyak, tapi cara makanmu benar- benar anggun, Momoko-ssi. Pelan tapi pasti. Kamu kunyah pelan- pelan, dengan tenang khas Momoko-ssi, tapi makanan dua mangkok bisa habis.

Kalau pergi ke kota berdua dengan kamu, Momoko-ssi, sepanjang jalan di dalam bis, kita cuma duduk dalam diam. Masing- masing kita tenang melihat- lihat ke luar jendela, sibuk dengan isi kepala masing- masing.

Kita ngga banyak bicara, tapi saling mengerti. Aku yang ngga suka bicara ini, serasa nemu harta karun. Pergi sama kamu itu asik, Momoko-ssi. Ngga ribet, ngga banyak protes, ngga banyak omong yang ga perlu.

Kamu, one of a kind. Temanku dulu atau sekarang, belum ada yang seperti Momoko lagi.
Momoko-ssi, seingatku dari pembicaraan terakhir kita, kamu akan lulus kuliah taun ini. Semangat ya.

Momoko-ssi, biarpun sekarang kita jauh, aku akan mengingatkan diriku untuk tanyakan kabarmu. Nanti, jumpa lagi ya, di Seoul atau Tokyo. Sekali, ayo pergi bersama lagi, lalu kita duduk diam sepanjang perjalanan.

Salam,
Teman makan malammu dulu


*-ssi: partikel yang ditambahkan pada nama orang dalam bahasa Korea, semi- formal.


Tuesday, February 3, 2015

Day 5: Mari, Singgah!

Buat orang- orang yang pernah singgah di hidupku.

Hei, kalian,
Diantara kita, ada yang masih saling jumpa dan berkabar, ada yang belakangan ngga pernah jumpa lagi, ada yang tahunan, bahkan ada yang ngga pernah bicara sama sekali. Hidup kita cuma bersenggolan garisnya.

Gimana pun, kalian semua punya peran masing- masing di jalan hidupku.
Ada yang hadir sebagai teman, ada yang hadir sebagai pelajaran.
Ada yang jadi hiburan, ada yang cuma jadi figuran. Peramai suasana, yang bahkan aku tau kalian ada,tapi ngga pernah berinteraksi.

Kalian semua, terima kasih sudah hadir ya. Kapan- kapan, mari singgah lagi.

Dari,
Ireane

Monday, February 2, 2015

Day 4: Sayangku Sebelum Dia

Hei, kamu, sayangku yang dulu, apakabar?
Aku lihat kamu di layar lebar, mencium sembarang gadis yang tak berapa kamu kenal.

Kamu, sayangku sebelum dia,
Kelihatannya memang lah kita ini tak diciptakan untuk berjumpa. Mungkin aku yang terlampau banyak maunya. Aku tak sudi beramai- ramai dengan yang lain untuk berjumpa denganmu. Aku ingin untuk diriku saja.

Kamu, sayangku sebelum aku memutuskan jatuh cinta padanya,
Pergi lah kamu mencari cinta, jangan menunggu lama. Aku tau, wajah mu tetap akan rupawan saat umurmu menginjak 40an.

Sekarang aku sudah rela, pergilah cari seorang gadis, cintai dia.
Cintamu nanti mungkin naik turun, sedih dan bahagia, itu normal.

Kamu, sayangku yang kedua. Aku sudah punya dia, yang pertama.
Jauh- jauh aku ke rumahmu, tetap saja kamu pelit waktu. Bersyukurlah, aku suka tanah airmu, kalau tidak ku cari kamu lalu ku jitak.

Sayangku yang kedua, aku sudah punya dia. Menggeser cinta ingusan salah tempatku padamu dulu.
Sayangku sebelum dia, kamu tak tau kalau aku ada.

Sunday, February 1, 2015

Day 3: Kutulis Untuk Melegakan Hati

Sayang, ini kutulis pagi-pagi. Setelah pembicaraan kita sebelum tidur tadi malam. Isinya berputar- putar di kepalaku. Membuat aku tak bisa memejam lagi setelah subuh. Padahal, ini hari Minggu.

Pembicaraan, yang kau bilang kita sedang bercerita. Yang kubilang, kita sedang melepas argumen. Perdebatan tanpa urat, emosi. Hanya kata- kata dalam nada tenang. Memang kau benar, seolah sedang bercerita.

Jadi, sayang, kutulis ini pagi- pagi, untuk melegakan hatiku.
Maafkan, kalau belakangan aku sering menuntutmu. Kau membantu aku menyadari sikapku yang itu.

Maafkan, kalau kau merasa dikejar- kejar olehku, padahal aku tak kuat berlari.
Maafkan, kalau kau merasa aku menerormu. Padahal, aku bukan teroris. Niatku tak begitu.

Yang aku lakukan, kadang- kadang diluar kendaliku. Ini bukan pembelaan. Aku jujur.

Hati dan kepalaku belakangan fokusnya pada hal itu. Diluar kendali, bibirku jadi menyuarakannya. Tersirat maupun tersurat.
Jadi, kutulis ini untuk melegakan hati. Mungkin cerita kita sebelum tidur tadi malam, tak ku lengkapi. Tapi, maaf. Aku benar- benar salah. Jadi, maaf.

Jangan sampai kau lari. Jangan merasa ku kejar, jangan begitu.
Biar aku yang menunggu, biar aku yang kunci isi kepalaku, biar aku yang tahan ingin- inginku.

Kau berjalanlah sepelan yang kau mau. Aku akan memelankan langkahku.

Sayang, entah ini akan kau sebut surat.
Tapi, akan ku mulai seperti surat.

Apakabar mu di hari Minggu?

Dari: aku

Saturday, January 31, 2015

Day 2: Kepada Kamu

Kepada kamu, teman berbagi cerita

Kamu yang buat saya berpikir, temen tapi kalau diajak pacaran,boleh juga
Kamu tempat saya bebas bersuara
Kamu tempat saya menitip asa
Kamu yang amat sangat ingin saya masukkan jadi bagian keluarga
Kamu teman saya menangis dan tertawa
Kamu yang saya sebut dalam doa
Kamu yang terlalu sering saya ingat,
semoga Tuhan selalu menjagamu

Kamu yang marahpun tetap saya cari
Karena kamu, saya jadi ingin mengintip masa depan
Karena kamu, ketidak pedulian terhadap urusan orang saya tanggalkan,
Saya peduli pada urusanmu

Kamu, yang wanginya saya bawa tidur malam- malam
Kamu, yang tiap bertemu, ingin saya bawa pulang

Kamu yang tak sungkan jadi pria dan anak laki- laki di depan saya
Kamu, yang saya nantikan kata-katanya, meminta saya jadi teman hidupmu


Iya, yang tadi kode garis keras, Sayang :))

Friday, January 30, 2015

Day1: Mama

Dear Mom,
Saya dibilang anak Mami nih.Pergi ngantor sama Mama, makan siangnya sama Mama,pulang kerja juga sama Mama.
Lantas, langsung dapat sebutan anak Mami. Malu? Engga. Marah? Engga. Saya cuma nyengir aja.
Ya memang saya anak Mama.
Tiap hari saya berdoa, supaya saya bisa di dekat Mama terus. Jadi bisa mastiin kalau Mama sehat, sudah makan, ga kecapekan. Memastikan, hari tua orang tua saya, bahagia, ga kesepian.
Ah, Mama, sehat terus ya, banyak istirahat, karena kadang udah capek pun, Mama ga bisa diam. Akhirnya asma Mama kumat.


Dulu, saya pernah ingin jauh- jauh dari Mama. Jauh dari rumah. Sampai saya sadar, Mama saya cuma satu, baik- baiklah selagi masih ada. Sekarang, tiap Mama kurang sehat, saya gelisah, karena Mama bertambah tua.
Dengan egois saya berdoa, agar Tuhan selalu menjaga, memberi kesehatan dan umur panjang buat Mama. Saya butuh Mama.

Mama yang baik, yang cepat memaafkan ketidaksabaran saya, i love you Mom.

Thursday, January 29, 2015

hello there

Ireane kemana aja,blognya ditelantarkan gitu?

Kekantor...hehehehe alhamdulillah. Tiap senin sampe jumat pergi kerja. Pergi pagi sampe rumah jam 6 sore. Malemnya ngerjain kerjaan satu lagi. Belajar dikit-dikit. Selembar-selembar. Dikit- dikit lama-lama jd bukit kan?
Insha Allah taun ini lebih manfaat dari taun lalu yg awur-awuran hidup dan perasaannya *bongkar blog *mesem liat isinya
Sekolahnya insha Allah jadi. Ya ga diluar sih,mengingat status dikantor, dilepas sayang, nyarinya kan susah bener. Jadi ya disini aja. Kerja sambil kuliah. Sambil pacaran. Sambil family time tiap weekend *banyak yah
Impian besar yang itu,masih tahap berlatih. Masalahnya,dari latihan kok bukan semangat,malah tambah minder liat punya orang. Yang bilang, itu 1% bakat,99% ketekunan itu, lagi boong apa ya? *nanis
Huuf..tapi katanya lagi, kalo kita ga percaya sama diri kita sendiri,orang lain juga ga bakal percaya. Ayooo.,, pasti bisa ireane!
Nikah?doakan saja hehehe saya nya mah auk ah gelap. Si abang itu udah tau saya maunya gimana dan kapan. Saya sekarang nunggu dilamar aja lah.
Ah tapi yang ga kalah penting, mesti jalan-jalan nih. Bali bisa bali nih, soalnya Hallstat atau Hobbiton berat diongkos pake banget masih.
2012-2014 jalan-jalan terus alhamdulillah..2015 bismillah
*susun itin
*nabung

Sunday, January 18, 2015

Ingin

Adek: Kak, si Anu lagi di Seoul, Kak. Enaknyaaaa
Me : Ih, enak banget *mupeng se mupeng mupengnya
Adek: Enak banget mah banyak duit dia nya

Pengen jalan- jalan jugaaaa. Tapi belom bisa work hard-play hard *nangis
Beresin dekor kamar aja ngos- ngosan, konon mau beli tiket pesawat nyebrang lautan.
Tsk.

Saturday, January 17, 2015

Well, hello

Well, hello peeps.
Lama ye saya absen. Ini dateng- dateng mau ngawur kok *disepak
Sebenarnya lagi latihan tadi, demi  terwujudnya impian. Cuma tetiba datang godaan buat ngeblog.
Aku terdistraksi. Lemah ._.

Hmmmm.... udah pindah kantor nih. Yang kali ini, alhmdulillah dibayar lebih banyak dari yang sebelumnya.
Jam kerja jelas. Punya hari libur. But no wifi. More exercise. Iyes, lumayan, pencegahan osteoporosis kan. Sambil kerja, olahraga.

Dan biasa sifat orang lagi bokek tu, semua barang bagus nampaknya. Hasilnya, lagi lomba- lombaan sama ego, nge-like gitu banyak pic di ig dengan maksut ntar gampang dicari pas bisa beli.
"Kamu banyak banget sih yang mau dibeli?"
Pembelaan saya:
Gak pa pa, list aja dulu, seneng- senengin mata. Ntar dibelinya juga ga sekaligus kok. Dan ga semua juga. Buat apa beli 3 tas warna item dengan ukuran sama kalo butuhnya cuma satu, kan?

Apalagi, ya?

Belakangan, kalau hati sedang bertanya- tanya atau lagi kurang semangat, ada ajaaaaaaa gitu yang tertonton lah, terdengar atau terbaca, sesuatu yang bikin semangat lagi atau ngejawab kebingungan. Bener- bener deh, everything beneran happens for a reason yah.

Terus, sedang giat- giatnya mendisiplinkan diri, ngerjain dikit- dikit bagian- bagian dari resolusi. Baby steps buat wujudin semuanya. Kan bigger dreams = super hardwork.

AH, ini padahal tadi mau ngeblog karena mau tsurhat, mau dramaah..
Pake dialog, "kamu berubaaah, kamu beruubaaah. Sekarang semua pake kata- kata 'udahlah' "

Tapi wes ga jadi... Dramanya udah di-cut sama lagunya one republic inih. Aku terdistraksi,lagi.