Tuesday, February 17, 2015

Day 19: Kak Mah

Kak Mah, aku kenal Kak Mah dulunya cuma dari cerita- cerita mama. Kak Mah kerja di kantor mama sebagai cleaning service.
Sekarang, setelah aku kerja di kantor mama, baru aku tau Kak Mah itu yang mana.

Yang aku tau, Kak Mah punya seorang putri, yang taun ini akan masuk SMP. Suami Kak Mah bertahun- tahun yang lalu sakit, sehingga sekarang harus duduk di kursi roda, dan tak bisa bicara. Jadi, Kak Mah lah tulang punggung keluarga.

Tiap hari, saat Kak Mah bekerja, Kak Mah juga bawa suaminya. Selagi Kak Mah kerja, suaminya Kak Mah tempatkan di teras kantor, tepat menghadap televisi pada ruangan di depannya. Kata Kak Mah, supaya suaminya ada hiburan selagi menunggu.

Siangnya, kalau putri Kak Mah sudah pulang sekolah, ia akan datang ke tempat ibunya kerja. Meletakkan tas di ruang penyimpanan, tempat Kak Mah menyimpan sapu, ember dan pel, peralatan kerjanya. Lalu, ia akan duduk di kursi tunggu, di sebelah kursi roda ayahnya.

Siang ini, aku melihat Kak Mah sedang berjalan di koridor yang sepi. Jalannya Kak Mah agak payah. Mungkin kakinya sakit, atau lelah. Kalau aku perhatikan wajahnya yang penuh kesederhanaan, Kak Mah sudah tidak muda. Kaki itu mulai lelah dimakan usia dan perjuangan.

Aku tak bisa bayangkan, bagaimana bila badan Kak Mah sudah kelelahan berjuang? Ada anak dan suami yang akan kehilangan. Kak Mah masih dibutuhkan.
Doaku, semoga Kak Mah sehat selalu.

No comments:

Post a Comment