Friday, August 6, 2021

Sepenggal fiksi lama. Banyak kali inspirasi awak jaman dulu yaa....


-----
Awalnya aku tak menyadari kehadirannya. Ia biasa saja. Hanya bagian rutinitas dari ruangan kerja ini. Aku lupa kapan semua ini berawal. Kapan ia jadi bagian menarik bagi mataku, lalu hatiku. Sial!

"Minna-ya. Tolong print kan berkas ini untukku".
Aku menoleh pada sebuah flashdisk yang didaratkan atasanku dimeja, mengalihkan mataku meja besar di sebelah.

Perhatianku sejenak fokus pada layar komputer. Sesuatu yang aku syukuri. Aku menunggui kertas terakhir keluar dari printer. Pekerjaan hari ini sudah selesai, jam pulang masih beberapa jam lagi.

Aku kerajinan, bisa jadi.
Aku tersenyum sendiri. Sampai lagi- lagi bola mataku bergerak otomatis ke arah kiri. Membuat aku memandang dia lagi.

Berkemeja biru hari ini.

Aku menatap wajah seriusnya yang terpaku diatas sebuah map berkas. 5 detik. 10 detik.
Satu sisi di diriku lalu bangun.

Hei! Kau melakukannya lagi!

Dari wajah putih berahang kokoh, kuturunkan pandanganku memandang sepatunya. Ku hela napas keras-keras. Kesal dan menyesal. Jantungku yang tadi balapan, memelankan ritmenya.
Aku kembali pada berkasku.

Aku jatuh cinta padanya?
Ku pastikan tidak. Belum sampai tahap itu, setidaknya. Ia menggelitik rasa penasaranku. Kurasa begitu.
Ia hanya bicara padaku jika ia perlu. Dengan yang lain? Aku begitu sering melihatnya berbagi senyum.

"Minna-ssi! Aku mengirim pesan untukmu semalam, kenapa tak kau balas?".
Aku menjawab dengan suara tak jelas bahwa aku sudah tidur tadi malam. Lalu menyunggingkan senyum dan membiarkan rekan kerjaku.....


-----

Putus tiada lanjutan gais...

No comments:

Post a Comment