Sayang, ini kutulis pagi-pagi. Setelah pembicaraan kita sebelum tidur tadi malam. Isinya berputar- putar di kepalaku. Membuat aku tak bisa memejam lagi setelah subuh. Padahal, ini hari Minggu.
Pembicaraan, yang kau bilang kita sedang bercerita. Yang kubilang, kita sedang melepas argumen. Perdebatan tanpa urat, emosi. Hanya kata- kata dalam nada tenang. Memang kau benar, seolah sedang bercerita.
Jadi, sayang, kutulis ini pagi- pagi, untuk melegakan hatiku.
Maafkan, kalau belakangan aku sering menuntutmu. Kau membantu aku menyadari sikapku yang itu.
Maafkan, kalau kau merasa dikejar- kejar olehku, padahal aku tak kuat berlari.
Maafkan, kalau kau merasa aku menerormu. Padahal, aku bukan teroris. Niatku tak begitu.
Yang aku lakukan, kadang- kadang diluar kendaliku. Ini bukan pembelaan. Aku jujur.
Hati dan kepalaku belakangan fokusnya pada hal itu. Diluar kendali, bibirku jadi menyuarakannya. Tersirat maupun tersurat.
Jadi, kutulis ini untuk melegakan hati. Mungkin cerita kita sebelum tidur tadi malam, tak ku lengkapi. Tapi, maaf. Aku benar- benar salah. Jadi, maaf.
Jangan sampai kau lari. Jangan merasa ku kejar, jangan begitu.
Biar aku yang menunggu, biar aku yang kunci isi kepalaku, biar aku yang tahan ingin- inginku.
Kau berjalanlah sepelan yang kau mau. Aku akan memelankan langkahku.
Sayang, entah ini akan kau sebut surat.
Tapi, akan ku mulai seperti surat.
Apakabar mu di hari Minggu?
Dari: aku
No comments:
Post a Comment